Resensi untuk Novel Puthut EA, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Akhirnya saya selesai membaca novel karya Puthut EA dengan cetakan ke enamnya. Novel yang dicetak pertama kali di tahun 2015. Romantika percintaan memang tak lekang dimakan waktu.

Judul : Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Karya : Puthut EA
ISBN : 978-602-1318-55-3
Penerbit : Mojok
Halaman : 255 Hal



Novel ini kubeli sudah sejak bulan Januari, namun karena masih ada antrian buku lain. Jadi baru selesai kubaca di 16 Mei ini.

Novel yang ditulis Puthut EA tentang kisah patah hati seorang laki-laki karena ditinggal kekasihnya begitu saja tanpa penjelasan yang berarti. Berhasil membuatnya kacau bertahun-tahun.

Sekali pun tetap menggandeng sana-sini dari berbagai tipe perempuan, tetap saja lukanya terus memerih.

Terlebih saat si laki-laki kembali bertemu dengan mantan kekasihnya yang ternyata sudah memiliki suami dan dua orang anak.

Pertemuan yang membuat tokoh laki-laki ini semakin dirajam pilu. Segala tanda tanya tentang kisah masa lalu itu membuatnya semakin terbelenggu.

Sampai akhirnya dia mendapatkan jawaban, bahwa cinta pertamanya itu masih mencintainya. Perempuan itu menyesal pernah meninggalkannya dan tidak bertahan dengan segala kondisi si laki-laki waktu itu. Dia yang waktu itu belum mapan dan masih berkecimpung dengan egonya untuk segala ambisi dan mimpinya.

Pengakuan si perempuan dan permintaan maafnya membuat si laki-laki mulai menerima kisah masa lalunya itu setelah bertahun-tahun dan mulai mencari jalan damai dengan hatinya.

Terlebih setelah tante Wijang mengatakan padanya, "Hadapi kesakitanmu dan jangan alihkan. Kamu harus menghadapi dan melawannya. Takhlukkan kesakitanmu, maka kamu akan mendapatkan senjata yang luar biasa ampuh untuk menghadapi masa depanmu."

Benar sekali. Sekeras apa kamu berusahan mengalihkan lukamu, maka hasilnya hanya akan semakin kuat untuk mengingatnya. Cukup hadapi dan lawan rasa itu, setelahnya akan didapatkan sebuah lega dan kamu bisa mencintai dengan lebih baik lagi.

Setelah curhat dengan tante Wijang, si laki-laki memutuskan hubungannya secara baik-baik dengan Lia. Perempuan yang sangat sabar bahkan saat si laki-laki menceritakan kebenarannya. Lia tidak marah sedikit pun, justru ia masih saja merasa khawatir.













Novel yang berhasil bikin aku merasa, benar banget orang yang tepat akan dikirim Tuhan di waktu yang tepat.

Si laki-laki setelah berkelana panjang ujungnya yang kutangkap dia akan kembali ke Lia. Perempuan yang mencintainya dengan tulus. Di akhir cerita setelah semua bagian dilewati si laki-laki, Lia menelponnya dan ia mengatakan suara yang renyah.

Kamu yang lagi patah hati, atau lagi susah move on, atau butuh motivasi perihal cinta. Bisa nih baca novel ini.

Fillingku sih, ini based of true story.

Ini kuberikan beberapa kutipan yang kuanggap quotes di dalam novel ini yang biar bikin kamu makin penasaran.

Kenangan sedih tidak butuh alat pencatat. Kenangan sedih itu justru ingin disingkirkan melalui catatan-catatan atas kebahagian dan kesenangan.

Kenangan dan kesedihan, dua bersaudara yang aku tidak tahu sampai detik ini, yang manakah yang lebih muda dan yang manakah yang lebih tua.

Aku tidak ingin cinta sejati. Tapi, biarkan aku mencicipi cinta yang bukan sesaat.

Aku hanya ingin kebahagian yang sederhana. Sesederhana membangunkan seseorang dari tidurnya di pagi hari, dan kemudian bercinta.

Di atas seluruh kesempurnaan hanya ada sikap sederhana dan rendah hati.

Jadi, selamat membaca dan temukan sensasinya.


Buku di tangan kiri.
Kopi di tangan kanan.
Jodoh di tangan Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari nikmati Usia Tua dengan Bahagia

Kata Saya tentang Film Something In Beetween