Ada Tabuik loh, di Tanah Melayu

Sejarahnya, Dumai merupakan sebuah dusun kecil di daerah pesisir timur Provinsi Riau dan kini terus menggeliat, menjadi mutiara di pantai timur Pulau Sumatera. Dumai menurut cerita rakyat tentang Puteri Tujuh, berasal dari kata di lubuk dan umai (sejenis binatang landak) yang mendiami lubuk tersebut. Karena sering diucapkan cepat, lama kelamaan kata tersebut bertaut menjadi d'umai dan selanjutnya menjadi dumai. Bermain alat musik gendang dan marwas untuk mengiringi tarian dzapin disertai petikan gambus dan nyanyian lagu Melayu merupakan salah satu ciri khas budaya melayu kota ini.
Dumai mempunyai keragaman suku dan budaya, selain memiliki budaya asli yaitu budaya Melayu, pengaruh budaya dari provinsi tetangga juga sangat terasa, seperti budaya Minangkabau (Sumatera Barat) karena dikota Dumai sendiri suku Minangkabau sangat dominan. Ini yang terjadi dari suku yang dominan ini. Ceritanya, Dua hari yang lalu tepat di sebelah rumah saya, JL. Leppin. Ada sebuah acara wirid yang diadakan oleh salah satu persatuan warga minang yang merantau kesini. Suara mic dan speaker yang keras membuat tetangga sekitar mendengar pembahasan akan diadakannya acara tabuik pada tanggal 15 Oktober 2017.
Bagi kamu yang berdarah minang tentu tidak asing lagi mendengar nama Tabuik. Bagi yang belum pernah tahu, tabuik adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831. Biasanya berlangsung selama satu minggu dengan di meriahkan banyak acara kebudayaan lokal.

Sejak tahun 2000, kali pertama saya dan keluarga menginjakkan kaki di kota paling luas nomor dua di Indonesia setelah Kota Manokwari, di Papua. Sekarang telah menjadi kota terluas di Indonesia semenjak Kota Manokwari tersebut pecah dan kemudian terbentuk kabupaten Wasior. Tujuh belas tahun dan ini kali pertamanya ada pelaksanaan acara adat lokal yang diadakan dengan meriah. Dari salah satu akun sosial kota dumai menyebutkan angka 1000 untuk warga yang menghadiri acara tersebut.
Lantas kenapa diadakan di tanggal 15 Oktober 2017 dan diadakan di kota yang dijuluki PENGANTIN (Pelabuhan, Perdagangan, Tourism dan Industri) BERSERI (Bersih, Semarak, Rukun dan Indah) ini? Tentu melecitkan banyak tanda tanya terlebih acara tabuik tersebut didukung dengan baik oleh aparat pemerintahan sampai walikota Zulkifli AS, M.Si ikut andil di dalam kegiatan tersebut tidak hanya itu wakil bupati Pariaman Suhatri Bur S.E, M.M juga hadir, dan aparat pemerintahan lainnya.
Apakabar eksistensi musik tradisional Melayu hari ini? Sampai rasanya potongan lirik lagu daerah sendiri sudah tabu terdengar.
Ratu Sima bermaksud
Menjemput puterinya kembali ke istana
Tapi apalah daya tujuh puteri sayang sudah tidak bernyawa
kIni kisah menjadi cerita rakyat dumai
Bergelar payung negeri
kIni kisah menjadi cerita rakyat dumai
Bergelar payung negeri

Masih adakah lagu daerah ini akan didendangkan 20 tahun kedepan? Atau warga melayu yang menjadi pribumi telah berganti kewarganegaraan ke negeri seberang yang bisa ditempuh hanya dengan waktu kurang lebih 2 jam. Bukankah Dumai kota yang damai ini memliki Misi untuk mengembangkan budaya melayu sebagai jati diri Kota Dumai dan budaya tempatan guna memmtivasi peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan menyaring masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kaidah dan nilai budaya melayu dan budaya tempatan. (www.dumaizone.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi untuk Novel Puthut EA, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Mari nikmati Usia Tua dengan Bahagia

Kata Saya tentang Film Something In Beetween