Berdikari tanpa Mengabaikan Privilege sebagai Perempuan



Hari ini segala isu gender bertebaran. Banyak sekali yang mengampanyekan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Berbagai sudut pandang bertebaran di media sosial dan tentunya pro kontra di berbagai sisi. 

Tidak perlu untuk membuat posisi perempuan menjadi lebih unggul karena sebenarnya hanya perlu memberikan ruang untuk para perempuan menjalankan perannya dengan optimal secara sadar atas kemauan dirinya sendiri. 

Segala keputusan hidup yang memang diambil berdasarkan pada kemampuannya tanpa didiskriminasi. Buk Puan Maharani pernah menyampaikan dalam sebuah Sidang Umum Parlemen se-ASEAN atau ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) yang membahas tentang isu kesetaraan gender. 

Beliau mengatakan, "Kodrat perempuan seharusnya dianggap sebagai sebuah privilege, di mana seorang perempuan bisa menjadi istri, ibu, dan memiliki karir yang cermerlang." Perempuan mampu untuk melakukan itu dengan baik. 

Perempuan memang memiliki kemampuan bisa mengerjakan sesuatu dalam satu waktu. Tidak perlu diragukan lagi bagaimana perempuan bisa berdikari dengan baik untuk membuat dirinya produktif. Mari kita lihat privilege menurut Cambridge Dictionary sebelum membahas bagian privilege perempuan. 

Privilege adalah sebuah kelebihan yang dimiliki satu orang atau sebuah kesempatan melakukan sesuatu yang istimewa. Jika semua orang bisa membuka pikiran dan memahami bahwa kodrat yang Tuhan berikan kepada perempuan sebagai sebuah privilege, di mana itu mencangkup kemampuan perempuan yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui. 

Maka selain itu segala hal yang berhubungan dengan urusan rumahtangga tentunya bisa dikerjakan bersama sebagai pasangan suami istri. Namun di abad 21 atau disebut abad milineal ini masyarakat secara umum tidak memahami arti kodrat tersebut dengan tepat. 

Menurut masyarakat kodrat perempuan tak hanya sekadar apa yang dimiliki perempuan sejak lahir saja. Tetapi segala urusan menjaga rumahtangga seperti memasak, beres-beres, pun mengasuh adalah bagian dari kodrat seorang perempuan. 

Padahal kebenarannya selain mengandung, melahirkan, dan menyusui, semuanya adalah sebuah keterampilan yang juga bisa dikerjakan oleh laki-laki sebagai suami. Jika pemikiran tentang kodrat perempuan ini sudah terbuka dengan baik maka tidaklah sulit untuk perempuan berdikari. 

Berdikari ialah tentang memiliki tanggung jawab, bisa berdiri sendiri, dan dapat menyesuaikan diri dengan optimal. Mudah bagi perempuan untuk bisa berdikari jika keberadaannya sudah dihargai. Perempuan akan memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan di atas kakinya sendiri tanpa ada campur tangan pihak manapun yang menyudutkan. 

Saat perempuan telah diberikan kebebasan dalam bereksplorasi dan berinovasi, maka mudah baginya untuk berdikari tanpa harus mengabaikan privilege-nya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Jika paradigma tentang laki-laki yang harus terdepan, laki-laki yang memimpin, dan mengambil keputusan bisa sedikit lebih bijaksana bahwa perempuan memiliki posisi hak yang sama maka tidak ada lagi perempuan yang merasa dirinya lemah dan terabaikan. 

Perempuan hanya perlu diberikan ruang untuk menghidupkan wibawanya dan memiliki kekuatan sendiri atas setiap keputusan di dalam menjalankan perannya. Saat ruang itu didapatkan maka akan tumbuhlah rasa percaya diri yang menjadi modal utama para perempuan berdikari di hidupnya. Berdikari dalam pengasuhan anaknya. 

Perempuan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri apa yang harus dia lakukan di dalam pengasuhan tanpa didikte pihak luar yang bisa merusak rasa percaya dirinya. Berdikari dalam mengatur segala keperluan rumahnya dengan bijaksana setelah berkompromi dengan pasangan, sehingga segala aspek keperluan rumahtangga dapat termanajemen dengan baik. 

Kebebasan ini akan membuat perempuan merasa dihargai sebagai seorang istri dan dampak pada privilege yang dimilikinya nanti ialah bisa dijalankannya dengan sangat baik sehingga output yang didapatkan pun akan memuaskan di kemudian hari. 

Berdikari atas keinginan untuk berkarir di dalam atau di luar rumah. Saat perempuan mengambil keputusan ini atas keinginannya sendiri maka pendidikan tinggi yang dia miliki akan bisa diinterpetasikan ke dalam rumahtangganya dengan optimal. 

Di mana saat seorang perempuan secara sadar memilih berdikari di dalam rumah maka ia bisa berbahagia memberikan didikan terbaik kepada anak-anaknya tanpa disudutkan. Begitu pun sebaliknya, saat perempuan bekerja di luar rumah memang karena keinginannya maka ia tetap bisa menjalankan peran privilege-nya dengan optimal tanpa merasa paling banyak berkorban untuk rumahtangganya.

Perempuan bisa berdikari dengan optimal tanpa mengabaikan privilege-nya jika masyarakat pun memahami bahwa ilmu pendidikan yang dimiliki tak hanya bisa menjadi objek untuk menghasilkan uang semata tetapi juga menjadi dasar untuk seorang perempuan memiliki kemampuan terbaik dalam setiap aspek. Misalnya saja kemampuan pengetahuan untuk menyiapkan MPASI sehat. Ilmu pengetahuan tentang menjaga kesehatan. 

Pendidikan yang dimiliki seorang perempuan adalah modal baginya untuk berdikari dalam kehidupan rumahtangga dengan sebaik-baiknya. Seperti pepatah yang sudah tidak asing lagi, 'Ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.' 

Manager Humas KIPMA Karyati Niken mengatakan kunci untuk menjadi perempuan yang berdikari dengan bahagia sebagai berikut: 
1. Bisa mengenal dirinya sendiri lebih dalam 
2. Belajar membangun mindset yang positif 
3. Membangun tujuan, rencana, dan menentukan prioritas hidupnya
4. Memiliki kemampuan manajemen waktu lebih efektif 

Perempuan juga makhluk ciptaan Tuhan sama seperti laki-laki yang diberikan berbagai kemampuannya sendiri. Tinggal memberikan ruang yang sama pada perempuan untuk berdikari sesuai keinginannya. Jika itu telah didapatkan para perempuan maka perekonomian akan membaik dengan peran perempuan secara optimal dimulai di dalam komunitas kecilnya terlebih dahulu yaitu keluarga. Maka isu gender pun tidak akan menjadi pelik jika diatasi dengan cara yang bijaksana. 

sumber 
https://tangerang.tribunnews.com/amp/2023/05/15/3-shio-wanita-berdikari-dan-tangguh-tidak-menye-menye-saat-menjalani-kehidupan?page=2 https://mubadalah.id/resolusi-tahun-baru-kiat-kiat-menjadi-perempuan-berdikari/
https://www.google.com/amp/s/radarjombang.jawapos.com/wanita/amp/661029279/ferry-ningtyas-wanita-harus-mampu-berdikari 
https://www.medcom.id/nasional/politik/nbwD6dRk-berdikari-dalam-ekonomi-bukti-peran-nyata-perempuan-indonesia 
https://www.farah.id/read/2023/05/17/12236/pesan-rahasia-nabi-agar-perempuan-berdikari http://kreskit.pbsi.uad.ac.id/tanamkan-diri-menjadi-wanita-berdikari/ https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tasikmalaya/baca-artikel/14984/Kodrat-Perempuan.html#:~:text=Jadi%20sesuai%20dengan%20jenis%20kelaminnya,ini%20perempuan%20masih%20punya%20pilihan. 
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/pengertian-dan-istilah/arti-privilege-serta-contohnya-dalam-kehidupan-sosial-2095tvxaNQx https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/45677/t/Puan%20Akan%20Dorong%20Isu%20Kesetaraan%20Gender%20di%20Sidang%20Parlemen%20AIPA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi untuk Novel Puthut EA, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Mari nikmati Usia Tua dengan Bahagia

Kata Saya tentang Film Something In Beetween